remaja dan sex ..

Kebanyakan orang tua selalu menunda-nunda untuk membicarakan tentang seks dengan anak remaja mereka. Dan ketika orang tua mulai membicarakannya dengan anak remaja mereka, sering sudah terlambat. Menurut penelitian, sebagian remaja sudah pernah berhubungan seks pada saat orang tua mereka mencoba untuk membicarakan seks dengan mereka. Memang penelitian tersebut dilakukan di Amerika Serikat, tapi remaja-remaja di Indonesia juga mempunyai perilaku yang sangat memprihatinkan.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Academy of Pediatrics, 114 keluarga yang diwawancarai pada masalah-masalah mulai dari perubahan tubuh pada masa pubertas sampai dengan kondom dan kehamilan. Dalam satu sesi, peneliti menanyakan kepada para remaja dan orang tua mereka secara terpisah, tentang kapan topik ini dibahas oleh mereka. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan jawaban para remaja tentang aktivitas seks pertama mereka.

Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata, remaja telah berhubungan seks sebelum orang tua mereka mulai mendiskusikannya dengan mereka. Menurut salah satu peneliti, Dr. Mark Schuster, kepala pediatri umum di Children's Hospital Boston, hasil penelitian ini seharusnya mendorong orang tua untuk berbicara dengan anak remaja mereka tentang pendidikan seks lebih awal. Dengan harapan perilaku seks bebas pada remaja bisa dikendalikan.



Di Indonesia sendiri penelitian tentang Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan pernah dilakukan dengan hasil bahwa ketika informasi yang diterima remaja bukan informasi yang transparan maka kecenderungan untuk melakukan seks bebas makin tinggi karena ketidak-tahuannya akan informasi seks yang baik dan benar. Makin beragamnya sumber-sumber informasi seks tidak menjamin bahwa kecenderungan perilaku seks remaja akan menurun.

Berdasar hasil penelitian tersebut di atas, maka pemecahan masalah yang relevan adalah keterbukaan dan transparansi dalam proses pendidikan seks. Bukan saja pendidikan seks yang disampaikan melalui sekolah, media massa, saluran komunikasi publik dan lain-lain, tetapi yang paling penting pendidikan seks dari orang tua. Karena orang tua dan keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling utama sebelum remaja melakukan sosialisasi dengan institusi lainnya.



Pendidikan seks dianggap berhasil karena mendorong remaja menunda keinginan berhubungan badan. Setidaknya mereka menunggu berhubungan seks untuk pertama kalinya pada usia yang lebih matang.
Dari sebuah jajak pendapat yang dilakukan pusat penyakit menular di Amerika Serikat, para remaja yang mendapat pendidikan seks mengatakan tidak mencoba berhubungan seks sebelum melewati usia 15.

Di negara maju, sekitar 93% sekolah menengah, memasukan pendidikan seks dalam kurikulum pelajaran sekolah, dan jajak pendapat ini dilakukan untuk mengetahui efektifitasnya.
Survei dipimpin oleh Dr Trisha Mueller, pakar penyakit menular dari pusat penelitian di Atlanta. Sebanyak 2.019 remaja berusia 15-19 menjadi responden.

Kepada mereka ditanyakan, apakah menerima pendidikan seks secara formal di sekolah, gereja atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Ditanyakan pula, apakah mereka diberitahu bagaimana cara menolak ajakan berhubungan seks dan pengetahuan mengenai alat kontrasepsi.
Para remaja itu ditanya pada usia berapa mereka mendapat pendidikan seks dan bercinta untuk pertama kalinya.

Para peneliti kemudian membandingkan usia pertama kali berhubungan seks pada remaja yang mendapat pendidikan seks dan tidak. Sebanyak 59% remaja putri yang mendapat pendidikan seks mengatakan, mereka tidak berhubungan seks sebelum berusia 15. Sedangkan remaja pria, 71% orang yang mendapat pendidikan seks mengatakan tidak berhubungan seks sebelum usia 15.

Pada kelompok remaja berisiko tinggi seperti keturunan Afrika Amerika dan yang tinggal di daerah kota, pendidikan seks memberikan hasil lebih baik. Sekitar 88% mengatakan tidak berhubungan seks sama sekali sebelum usia 15.
Remaja pria lulusan sekolah menengah dan mendapat pendidikan seks tercatat tiga kali lebih memperhatikan penggunaan alat kontrasepsi dibanding mereka yang tidak mendapat pendidikan seks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar